Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Yang Mampu Jangan Ambil Jatah yang Kurang Mampu Ya! : Tulisan Deka yang terbit Selasa, 7 Februari 2017

Ini adalah tulisan yang pernah saya bahas disini ==>>Ternyata tulisan itu terbit. Sengaja baru saya posting sekarang biar pas sama-sama tanggal 7 Februari hehehe.

Seperti yang saya bahas disitu, saya bahkan tidak sadar kalau tulisan saya itu terbit. Saya pikir dengan tidak dikabari brarti tidak terbit, karena memang persaingannya menurut saya berat jika melihat banyaknya nama-nama bergelar profesor yang di muat di Harian Banyuasin.

Berkat seorang teman akhirnya saya baru sadar kalau ternyata ada tulisan saya yang terbit di koran Harian Banyuasin. Setelah mencari di beberapa edisi ternyata ada dua yang terbit. Pertama tulisan yang iseng-iseng saya kirimkan ternyata terbit di koran yang berjudul "Wak Dewi Ikan Bohong" itu terbit. Dan tulisan berikut di bawah inj. Selengkapnya tulisan saya itu saya tampilkan dalam foto berikut:
Sebagai catatan tulisan dibawah ini merupakan versi pembaharuan dari tulisan saya yang pernah terbit Selasa, 7 Februari 2017 tersebut. Yuk disimak...

Yang Mampu Jangan Ambil Jatah Yang Kurang Mampu Ya!
Oleh: Deka Firhansyah

Tahun berganti, tidak terasa sudah memasuki awal tahun 2018. Semester genap baru saja akan dimulai, namun apa salahnya untuk segera memikirkan langkah selanjutnya setelah tamat SMA. Seperti pada beberapa tahun sebelumnya SNMPTN akan segera dimulai sebentar lagi. Bagi calon mahasiswa yang berasal dari keluarga berada tentu punya banyak pilihan untuk kuliah dimana dan perguruan tinggi apa, tapi bagi calon mahasiswa yang berasal dari keluarga biasa bahkan kurang mampu tentu akan bingung terkait nasip “apakah bisa kuliah?.
Ada banyak cara untuk mereka yang berlatar belakang dari keluarga kurang mampu untuk bisa melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang S1. Salah satunya adalah dengan mengikuti program beasiswa Bidikmisi. Ya, program beasiswa bidikmisi adalah program dari pemerintah pusat agar calon-calon mahasiswa yang cerdas di sekolahnya namun berasal keluarga kurang mampu tetap bisa melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang bangku kuliah. Sudah jelas, kalau keluarga kamu masih punya uang berarti kamu belum layak ya.

Persoalannya, sudahkah program tersebut tepat sasaran? Menurut saya sepertinya belum. Banyak dari mereka yang benar-benar berasal dari keluarga kurang mampu belum dapat menikmati fasilitas tersebut. Disini saya tidak akan bicara data sehingga tulisan ini murni berasal dari opini saya pribadi berdasarkan fenomena nyata yang saya alami.

Kebanyakan dari siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu, setelah tamat SMA langsung fokus untuk segera bekerja dan membantu orang tua mencari uang daripada lanjut kuliah. Hanya beberapa saja yang mungkin berkeinginan keras kepikiran untuk lanut kuliah dan berkeinginan menaikan derajat keluarga dengan lanjut kuliah. Beasiswa Bidikmisi adalah salah satu harapan mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu untuk melanjutkan sekolah ke bangku kuliah.
Beasiswa memberikan harapan kepada mereka untuk naik level. Namun, kebanyakan mereka terlalu berkecil hati dan merasa tidak sanggup dalam memenuhi syarat nilai yang dibebankan. Beberapa di antara mereka mungkin memiliki niat untuk menaikkan derajat keluarganya dengan lanjut kuliah namun akhirnya menyerah pada keadaan karena mereka tidak sanggup untuk bersaing.
Mereka kalah bersaing. Mereka telah terlanjur tidak fokus dalam belajar dan mengumpulkan nilai. Mungkin mereka sudah terlalu pasrah dengan keadaan mereka. Mereka kurang fokus dalam belajar karena mereka menganggap percuma toh masa depan mereka juga stop tidak bisa lebih tinggi daripada jenjang SMA. Saat mereka sadar dan mengetahui ada peluang untuk mereka bisa lanjut kuliah tapi justru nilai mereka kalah. Mereka telah kalah bersaing dari temannya.

Beberapa yang memperoleh beasiswa bidikmisi justru berasal dari keluarga berada. Sudah jelas bahwa mereka yang berasal dari keluarga berada punya peluang lebih besar. Pertama mereka punya akses lebih banyak terhadap informasi. Kedua bisa jadi mereka coba-coba. Toh kalau tidak lulus mereka tetap bisa kuliah lewat dengan cara bayar. Ketiga mereka punya semangat belajar lebih tinggi karena memang punya harapan untuk memasuki jenjang perkuliahan.

Saya dan saudara saya berasal dari keluarga sederhana malah cenderung kurang (tergantung definisi masing-masing orang). Di sekolah mungkin keluarga kami termasuk paling sederhana. Karena itu saya dan saudara saya mendapatkan tawaran untuk ikut beasiswa bidikmisi. Sebenarnya bukan hanya kami tapi seluruh siswa disekolah menerima tawaran yang sama. Mereka yang tidak mendapat tawaran adalah yang keturunan aparat sipil negara atau karyawan swasta yang punya slip gaji yang tinggi sehingga secara otomatis tidak memenuhi syarat.

Keluarga kami memutuskan untuk tidak ikut beasiswa bidikmisi tersebut. Ayah kami takut beasiswa bidikmisi justru akan menjadi penghalang bagi kami untuk masuk PTN yang dituju. Kami punya rumah sederhana berlantai keramik. Kami punya sepeda motor. Kami juga punya mobil. Meski dua-duanya hanya sepeda motor dan mobil tua. Ayah merasa masih sanggup memenuhi kebutuhan kami untuk kuliah bila kami bisa masuk PTN yang dituju. Ayah takut seandainya kami gagal seleksi beasiswa bidikmisi karena punya semua itu kemudian kami justru gagal lulus SNMPTN. Ayah sangat percaya pada kemampuan kami untuk bisa lulus PTN sesuai keinginannya. Dan ayah tidak ingin dengan kami mengikuti seleksi program beasiswa bidikmisi justru kami kehilangan kesempatan lulus PTN. Itulah alasan sebenarnya.

Kemudian munculah alasan lainnya. Keluarga kami ingin memberikan kesempatan kepada mereka yang benar-benar membutuhkannya untuk mendapat beasiswa bidikmisi tersebut. Mereka yang tetap tidak mampu membiayai biaya kuliah meski hanya sebuah PTN yang berbiaya murah. Kami beruntung karena menjadi bagian dari generasi dimana SPP masih MURAH.

Banyak orang yang lebih pantas untuk mendapat beasiswa bidikmisi tapi tidak jadi dapat karena kita yang mampu malah mengambil jatah mereka. Mengambil kesempatan mereka untuk kuliah. Kejamnya. Yuk di renungkan "yang mampu jangan mengambil jatah yang kurang mampu ya!".


Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

Posting Komentar untuk "Yang Mampu Jangan Ambil Jatah yang Kurang Mampu Ya! : Tulisan Deka yang terbit Selasa, 7 Februari 2017"

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ